Rabu, 24 Agustus 2011

Apa itu TEKNIK INDUSTRI...??????????

Industrial engineering is concerned with the design, improvement and instalation of integrated system of people, information, equipment, and energy. It draws upon specialized knowledge and skills in the mathematical, phisical and social sciences, togethe with the principles and methods of analisis and design to specify predict and evaluate the results to be obtained from such system” 
(Institute of Industrial Enginereeng - IIE)
LATAR BELAKANG HISTORIS
Teknik Industri –istilah ini diterjemahkan dari kata ” indusrial engineering ” —sebagai suatu disiplin ilmu keteknikan teknologi yang tergolong baru dibandingkan dengan disiplin ilmu keteknikan yang lain (teknik sipil, teknik mesin, teknik elektro, dan sebagainya ); lahir dan memiliki akar yang kuat dari proses Revolusi Industri yang berlangsung hampir dua abad yang lalu. Disiplin ini pada awalnya dikembangkan oleh beberapa individu (Tylor, Gilbreth, dll) yang berusaha untuk mencari metoda-metoda untuk meningkatka produktivitas kerja melalui stusi kerja yang lebih efektif-efisien dengan mengkaji interaksi kerja mannusia-mesin sebagai suatu sistem yang integral. Sekitar satu abad yang lalu, Frederick Winslow Taylor (1856-1915 — seorang insunyur mesin yang masih muda waktu itu —mengembangkan teori ” scientific management “-nya yang menghasilkan pradigma baru yang beranjak dari ekonomi agraris bergerak menuju ekonomi produksi (industri).
Teknik Industri

Apa yang dikembangkan oleh Taylor dengan prinsip-prinsip “scientific management” yang diterapkan melalui studi-studi perancangan kerja (work study/design) tidaklah jauh berbeda dengan apa-apa yang dikerjakan oleh para sarjana teknik industri sekarang ini. Kalau bisa disimpulkan , fokus dari fungsi dan peran disiplin teknik industri akan berkisar pada 2 ( dua ) tema pokok yaitu “interfaces” dari manusia dan mesin dalam sebuah sistem kerja dan analisa sistem produksi (industri) untuk memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada. Kedua tema studi ini yang memberikan motifasi utama bagi Taylor untuk melakukan riset-riset di industri (Midvale & Bethlehem Steel Company) saat itu. Apa yang dilakukan oleh Taylor dengan studi kerja-nya telah membuka lapangan baru dalam disiplin ilmu keteknikan (engineering) yang ternyata tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah pengembangan teknologi produksi perangkat keras (perancangan produk, rancangan mesin /peralatan kerja, dsb); akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab dalam masalah-masalah pengembangan teknologi produksi perangkat lunaknya (metode kerja/produksi, organisasi dan manajemen produksi,dsb) Penelitian kerja yang telah dilaksanakan oleh Taylor di pebrik baja Midvale Bethlehem telah menghasilkan banyak kemaslahatan dan membawa perubahan-perubahan dalam upaya meningkatkan produktivits melalui “sumber daya pasif”, maka Taylor telah mengawali eksperimen-eksperimen untuk meningkatkan produktivitas melalui “sumber daya aktif” (manusia pekerja). Tiga puluh tahun kemudian terjadi suatu “penyempurnaan” terhadap konsep manajemen ilmiah yang telah dikembangkan oleh Taylor. Dalam hal ini kita jumpai apa-apa yang telah dilakukan oleh pasangan suami-istri Frank & Lilian Gilberth — seorang yang berlantar belakang teknik sipil dan psikolog — yang mencoba lebih “memanusiawikan” prinsip-prinsip manajemen ilmiah-nya Taylor yang pendekatannya cenderung masih serba mekanistik (memperlakukan manusia seperti halnya manusia yang bisa di program secara linierdeterministik). Seperti halnya dengan Taylor, setudi yang dilakukan oleh Gilbreths tetap terfokus pada komponen manusia dalam siste kerja (sistem manusia mesin). Sinergi yang terjadi antara pasangan suami yang insinyur dan istri yang ahli prilaku manusia (psikolog) ini teraasa memberikan agin segar dan wawasan baru terhadap konsep/prinsip manajemen ilmiah yang telah dikembangkan oleh Taylor. Disini prilaku (behavior), maupun pada saat berinteraksi dengan lingkungan kerja fisik (kondisi ergonomis), maupun pada saat berinteraksi dengan sesama manusia yang lain (human relation) akan memberi pengaruh yang singnifikasi didalam segala upaya meningkatkan produktifitas kerja.
ARAH PERKEMBANGAN
Dalam sejarah disiplin teknik industri, setudi telaah kerja yang dilakuakn oleh Taylor dan Gilbreths sebaik titik awal muncul, tumbuh dan berkembangnya disiplin tersebut yang kemudian mampu memperkaya kazanah ilmu keteknikan yang ada. Disamping kedua tokoh ini, arah dan pertumbuhan disiplin teknik industri yang diwarnai oleh hasil kerja pionir-pionir lainnya seperti Henry Gantt (Bar/Gantt Charts), Harington Hemorson Meskipun historis perkembangan disiplin teknik industri berangkat dari disiplin teknik mesin (mechanical engineering dan terutama sekali sangat berhubungan erat dengan sistem manufaktur yang proses transformasi-produksinya terjadi secara fisik; disiplin teknik industri telah berkembang luas dalam dua dekade terahir ini. Sesuai dengan “nature” industri yang pendefinisiannya sangat luas; yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) atau jasa (service), sampai ke industri hulu/dasar yang banyak berhadapan dengan persoalan-persoalan teknis atau industri hilir yang lebih menonjolkan aspek-aspek ekonomis pemasarannya.
Demikian juga problem yang harus dikaji oleh disiplin teknik industri yang awal mulanya lebih terkonsentrasi ke lantai produksi (mikro) terus melebar luas mengarah ke problem manajemen industri (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengndalian sistem produksi ) yang harus pula mempertimbangkan faktor sistem lingkungan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini disiplin teknik industri mengkedepankan konsep sistem, analisis sistem dan pendekatan sistem dalam setiap proses pangambilan keputusan. Disiplin teknik industri melihat segala permasalahan industri dengan tinjauan dari aspek-aspek teknis (engineering) maupun non teknis ( sosial-ekonomis). Wawasan “tekno-sosio-ekonomis” akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan teknik industri dan merupakan karakteristik yang khas dan membedakan disiplin ini dibandingkan dengan disiplin-disiplin lainnya. Sebegitu luasnya ruang lingkup yang bisa dimasuki untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri, bagaimanapun juga hal ini dapat dikelompokkan kedalam 3 ( tiga) topik pokok yang menjadi landasan utama pengembangan disiplin teknik industri. Pertama adalah berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Studi disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi / nilai tambah dan aliran material yang terjadi pada sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir ( finished goods output ) yang keluar dari pabrik menuju konsumen. Topik kedua adalah berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang dipelajari dalam hal ini akan berkaitan dengan aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut persoalan-persoalan manajemen industri. Pendekatan kedua ini dalam disiplin teknik industri akan memerlukan landasan yang kuat melalui penguasaan matematika, fisik dan engineering sciences. Selanjutnya topik ketiga cenderung untuk bergerak ke arah persoalan-persoalan yang bersifat makro dan strategis. Persoalan yang dihadapi seringkali sudah tidak ada lagi bersangkut-paut dengan problem yang timbul di lini produksi (sistem produksi) ataupun manajemen produksi / industri; melainkan sudah beranjak ke persoalan diluar dinding-dinding pabrik. Hal yang terahir inilah yang cenderung membawa disiplin teknik industri untuk terus menjauhi persoalan-persoalan teknis (eksak, fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini sistem produksi dan bergelut dalam persoalan non-teknis yang serba abstraktif-kualitatif.
PERAN PROFESI TEKNIK INDUSTRI DI MASA DEPAN
Begitu Luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri — walaupun begitu yang masih patut diingat kesemuanya harus tetap berlandaskan ilmu-ilmu fisika, matematika dan sosial-ekonomis — membawa persoalan sendiri bagi profesiona teknik industri (industrial engineer ) pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat ” what should we do and where should we work?”.
Pertanyaan ini sebetulnya tidak mudah di jawab secara singkat, jelas dan memuaskan mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang yang berlatar-belakang keilmuan teknik industri sering berada dan bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang profesional teknik industri seringkali membanggakan kemampuan dirinya dalam hal merancang dan mengembangkan konsep-konsep yang berwawasan sistem dengan pendekatan yang bersifat komperhensif-integral. Pola pikir dan pola tindak yang berwawasan sistem inilah yang mungkin menjadi “strong basic” dari seorang profesional teknik industri dimasapun dia berada atau bekerja. Beberapa indifidu yang sukses didalam meningkatkan kinerja perusahaan merasakan betul bagaimana disiplin teknik industri telah mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Herm Reininga — adalah President dari Collins Avionices and Comunications Division (CACD),— USA — adalah salah satu contoh manager yang sukses membawa seluruh aktifitas manufactuing CACD selama lebih dari satu dekade, karena latar belakang profesi teknik industri yang dimilikinya. Pada saat ditanyakan kiat kunci sukses yang diraihnya, Reininga menyatakan “…. The industrial engineering dagree gave me a system that the other didn’t have. It gave me the ability to statistically analzed products and processes” (Boggs,1997). Hal yang senada dengan Reininga juga dinyatakan oleh susan Story — Vice President dari Albama Power Co. — seorang yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai nuclear engineer, tetapi merasakan bahwa sukses karier yang dicapainya lebih banyak ditunjang oleh keikutsertaanya didalam mengikuti “IE training ” pada berbagai kesempatan yang dimilikinya. Pada saat menceritakan kiat-kiat suksesnya , Story menyatakan antara lain ” … a background in industrial engieenering gives you a creadibility you can’t get otherwise. Industrial engineering combines the technical skill with the people skill and some business-type skills that proven to be important in project management and people management ….”(Boggs, 1996) Kiat-kiat meriah sukses didalam merintis karier seseorang karena ilmu-ilmu TI yang dikuasai, tentunya masih banyak lagi yang bisa diperoleh dari berbagai kisah meraih sukses seseorang. Hal tersebut tidak hanya dijumpai di LN, melainkan bisa juga bisa dipetik dari apa yang pernah dinyatakan oleh seorang Cacuk Sudariyanto — yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai insinyur pertambangan ITB — pada saat mendongkrak kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia bergerak ke arah bisnis global. Dalam pernyataanya didepan peserta kongres dan seminar ITSMI sekitara awal tahun 1990-an dan berbagai kesempatan lainnya, Cacuk menyatakan “kekagumannya” dengan ilmu-ilmu TI yang ternyata cukup efektif dalam memecahkan permasalahan manajemen industri. Begitu pula bagaimana seorang Kuntoro Mangkusubroto dengan latar belakang permasalahan yang kuat bidang operation research dan manajemen industri lainnya mampu melepaskan PT. Timah yang nyaris ambruk sampai menjadi sebuah perusahaan yang sehat. Meskipun pada saat itu orang belum mengenal konsep mengenai “reegineering” , akan tetapi apa yang telah dilakukan oleh kedua sarjana teknik tersebut betul-betul memberikan konstribusi nyata akan peranan disiplin dan profesi teknik indusri didalam “revitalisasi” kinerka perusahaan. Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan yang lebih keras, tentu saja akan memberikan nuansa perubahan san pradigma baru yang harus mampu diantisipasi oleh seorang manajer perusahaan mulai dari lini produksi/operasional sampai ke lini penentu kebijaksanaan dan pengambil keputusan strategis. Menghadapi situasi semacam ini tentu saja diperlukan seorang majer industri yang memiliki bekal kuat yang tidak saja menguasai kemampuan-kemampuan teknis operasional (enginereering design/processes) ; tetapi juga harus menguasai dengan baik kemampuan mengenai persoalan manusia (human skill), selain juga kemampuan didalam memformulasikan da melahirkan konsep-konsep baru yang secara efektif-efisien bisa memberikan terobosan dalam memecahkan permasalahan industri yang semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian.

Jumat, 05 Agustus 2011

Mau Jadi kampus Kelas Dunia...nggak.???


Kita akan menjadi kampus kelas dunia jika menekuni prosedur yang di tetapkan Webometric. Webometrics (sebuah lembaga pemeringkatan yang berpusat di Madrid, Spanyol yang didirikan atas inisiatif Cybermetrics lab, sebuah kelompok penelitian yang dimiliki Consejo Superior de Investigaciones Cientificas (CSIC) sebuah lembaga penelitian terbesar di Spanyol) ini hanya focus pada  pemanfaatan ICT, pengembangan Website perguruan tinggi sebagai proxinya.

Ada empat unsur penilaian yang ditetapkan oleh Webometrics, yaitu visibilitas (V) yang menghitung berapa banyak link eksternal yang terkandung website tersebut, ukuran (S) yang menghitung jumlah halaman yang tertangkap oleh mesin pencari seperti google, yahoo, live search dan exalead. Kemudian juga dihitung dari kekayaan file (R), yakni berapa banyak file jenis PDF (adobe acrobat), "Adobe PostScript", "Word Document", dan PPT (Presentation Document), serta "Scholar" (Sc) yang diambil dari data situs mesin pencari seperti disebutkan diatas terkait dengan tulisan-tulisan ilmiah dari perguruan tinggi bersangkutan.

Buat rencana yang matang untuk mencapai ini,  berbagi tugas saja, siapa yang bertanggungjawab mengerjakan apa. Dan ini tidak muluk-muluk. Perguruan tinggi Indonesia bisa mengerjakan ini. Disiplinkan dosen untuk selalu menguploud dan mengupdate kekayaan filenya. Undang semua dosen, mahasiswa, dan alumni untuk selalu heating di website tersebut.

Kedua, yang bisa dilakukan seperti sudah dimulai oleh Dikti terhadap 30 universitas Indonesia yang berminat adalah mengisi satu pola yang ditawarkan oleh  QS Star. Mereka membuat benchmark sebuah pengelolaan perguruan tinggi yang baik dengan segala syaratnya melalui pembintangan. Perguruan tinggi akan dinilai berbintang lima kalau memenuhi semua kategori. Kalau belum memenuhi bintang lima, dia mungkin bintang empat dan seterusnya. Seperti hotel, ada bintang lima, empat, tiga dst. Benchmarknya adalah kepada dirinya sendiri, tanpa dipengaruhi oleh naik turunnya posisi orang lain.

Ketiga, rencanakan berapa orang staf satu perguruan tinggi harus hadir di berbagai forum internasional, berdasarkan penelitian yang dilakukan. Kalau bisa mereka berpidato di Plenary, paling tidak di pembukaan sessi. Di list betul siapa mereka itu yang jago berkompetisi di forum internasional. Mereka akan melambungkan nama institusi satu perguruan tinggi.

Keempat, dalam merencanakan pengirimana kandidat Ph.D, pastikan mereka belajar di universitas dengan program studi terbaik dunia. Minta Profesor terbaik di prodi itu menjadi pembimbing mereka.

Sejalan dengan itu, rencanakan siapa dari ribuan peer review yang harus diundang dalam  forum ilmiah perguruan tinggi Indonesia. Pasti ini menjadi rahasia THS-QS, tapi biasanya mereka adalah tokoh-tokoh yang mendominasi bidang ilmu.  Kita gunakan berbagai modalitas untuk mendatangkan mereka. Kita gunakan dana-dana CSR perusahaan. Kalau misalnya ada pihak lain yang kebetulan mendatangkan mereka ke Indonesia, manfaatkan untuk datang langsung ke univesitas kita.

Bantu staf kita yang sedang melakukan penelitian dan menuliskan karyanya untuk diterbitkan di Jurnal peer review internasional. Perguruan tinggi bisa melakukan kerjasama dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) untuk menfasilitasi publikasi jurnal Internasional ini.

Dalam konteks ini, perguruan tinggi sudah harus memikirkan secara jernih topik-topik penelitian apa yang sungguh-sungguh harus dibiayai. Riset disainnya seperti apa dan tidak mengulang-ulang. Cari isunya yang frontier research, state of the art ilmu yang dikerjakan secara cluster penelitian, bukan lagi sibuk dengan riset-riset kecil. Indonesia ini adalah ladang isu yang tidak pernah kering untuk dianalisa. Semoga.