Senin, 15 April 2013

Definisi Dari Six Sigma



Six Sigma stands for Six Standard Deviations (Sigma is the Greek letter used to represent standard deviation in statistics) from mean . Six Sigma merupakan singkatan dari Enam Deviasi Standar (Sigma merupakan huruf Yunani yang digunakan untuk mewakili standar deviasi dalam statistik) dari berarti. Six Sigma methodology provides the techniques and tools to improve the capability and reduce the defects in any process. Six Sigma menyediakan metodologi teknik dan alat untuk meningkatkan kemampuan dan mengurangi cacat pada setiap proses.


Six Sigma methodology improves any existing business process by constantly reviewing and re-tuning the process.  To achieve this, Six Sigma uses Six Sigma metodologi meningkatkan proses bisnis yang telah ada dengan terus-menerus meninjau dan re-tuning proses. Untuk mencapai hal ini, Six Sigma menggunakan a methodology known as DMAIC ( D efine opportunities, M easure performance, A nalyze opportunity, I mprove performance, C ontrol performance). dikenal sebagai metodologi DMAIC (D efine kesempatan, M easure kinerja, A nalyze kesempatan, saya mprove kinerja, C ontrol kinerja).

Six Sigma methodology can also be used to create a brand new business process from ground up using DFSS ( Design For Six Sigma ) principles. Six Sigma metodologi juga dapat digunakan untuk membuat proses bisnis baru dari bawah ke atas menggunakan DFSS (Design For Six Sigma) prinsip-prinsip. Six Sigma Strives for perfection. Six Sigma berjuang untuk kesempurnaan. It allows for only 3.4 defects per million opportunities for each product or service transaction. Memungkinkan hanya 3,4 cacat per satu juta kesempatan untuk setiap produk atau layanan transaksi. Six Sigma relies heavily on statistical techniques to reduce defects and measure quality. Six Sigma sangat bergantung pada teknik statistik untuk mengurangi cacat dan mengukur kualitas.

Six Sigma experts (Green Belts and Black Belts) evaluate a business process and determine ways to improve upon the existing process. Six Sigma ahli (Green Belts dan Black Belts) mengevaluasi proses bisnis dan menentukan cara-cara untuk memperbaiki proses yang ada. Six Sigma experts can also design a brand new business process using DFSS ( Design For Six Sigma ) principles. Six Sigma ahli juga dapat merancang proses bisnis baru menggunakan DFSS (Design For Six Sigma) prinsip-prinsip. Typically its easier to define a new process with DFSS principles than refining an existing process to reduce the defects. Biasanya yang lebih mudah untuk mendefinisikan sebuah proses baru dengan prinsip-prinsip dari DFSS menyempurnakan proses yang ada untuk mengurangi cacat.

Six Sigma incorporates the  basic principles and techniques used in Business, Statistics, and Engineering. These three form the core elements of Six Sigma. Six Sigma menggabungkan prinsip-prinsip dasar dan teknik yang digunakan dalam Bisnis, Statistik, dan Teknik. Ketiga membentuk elemen inti Six Sigma. Six Sigma improves the process performance, decreases variation and maintains consistent quality of the process output. Six Sigma meningkatkan kinerja proses, mengurangi variasi dan konsisten mempertahankan kualitas dari proses output. This leads to defect reduction and improvement in profits, product quality and customer satisfaction. Ini mengarah pada pengurangan cacat dan peningkatan dalam keuntungan, kualitas produk dan kepuasan pelanggan.


Salah satu pertanyaan penting yang selama ini mengusik kalangan bisnis adalah how to maintain the succession? Apakah jawaban yang paling tepat? Jawabannya terletak pada konsep Six Sigma. Tulisan ini mengajak Anda untuk mengenali konsep tersebut. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, simak dulu mutiara kata dari Peter Drucker yang berbunyi:

"Bila kita melihat suatu bisnis sukses, seseorang pasti pernah mengambil keputusan yang berani"

Itulah konsep Six Sigma

Tantangan Abad ini

Isunya bukanlah, "Bagaimana kita sukses?" melainkan, "Bagaimana kita tetap sukses?" Melakukan perbaikan dan pengembangan yang berkelanjutan adalah sebuah perjalanan yang menuntut komitmen tinggi untuk menghindari kekeliruan yang menjadi sebuah pemborosan. Kekeliruan dan pemborosan yang sebenarnya banyak terjadi pada proses operational sering tersembunyi.