Minggu, 09 Juni 2013

MELAYU HARI INI



Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya dipijak

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya retak

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya teriak

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya haprak

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya kelas dua

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya hina

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya sengketa

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya derita

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya kerdil

Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya terpencil

Melayu mudah lupa

Tiada daulat
Tiada maruah
Tiada bebas

Sejarah bangsanya yang lena
Tanah lahirnya yang merekah berdarah


Ingatlah

Wahai bangsaku!
Jangan mudah lupa lagi
Kerana perjuanganmu belum selesai.....

Selasa, 04 Juni 2013

Motivasi Hari Ini



Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS

Jika semua yang kita impikan segera TERJADI, darimana kita belajar SABAR

Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN , bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR

Seorang yang dekat dengan TUHAN, bukan bererti tidak ada air mata

Seorang yang TAAT pada TUHAN, bukan bererti tidak ada KEKURANGAN

Seorang yang TEKUN berdoa, bukan bererti tidak ada masa masa SUKAR

Biarlah TUHAN yang menentukan sepenuhnya atas hidup kita, karena TUHAN TAU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang 
KETULUSAN

Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN

Ketika hatimu terluka sangat dalam……, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN

Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN

Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETABAHAN

Ketika kamu harus membayar sesuatu yang sebenarnya tidak perlu kamu tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang PEMURAH

Tetap semangat….

Tetap sabar….

Tetap tersenyum…..

Kerana kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN..
 
TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”…… 

Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TENTANGAN & AIR MATA

BBN alias Bahan Bakar Nabati......



Sebenarnya bukan hanya karena tingginya harga BBM yang memicu meningkatnya produksi Bahan Bakar Nabati ( BBN ), melainkan juga karena kesadaran untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Protokol Tokyo yang disepakati tahun 1997 dilanjutkan Peta Jalan Bali (Bali’s Road Map) tahun 2007 merumuskan berbagai langkah yang harus segera diambil untuk menyelamatkan lingkungan, diantaranya dengan pengurangan emisi gas karbon yang merupakan sumber penyebab utama pemanasan global.
 
Negara-negara maju dan negara-negara berkembang berlomba-lomba memproduksi BBN. Amerika tak tanggung-tanggung, memamfaatkan lebih 20% produksi jagung untuk memproduksi BBN (bioetanol). India memproduksi BBN (bioetanol) dari tebu, negara-negara Asia Tenggara memproduksi BBN (biodiesel) dari minyak kelapa sawit mentah (CPO), dan di Indonesia biodiesel sebagian diproduksi dari minyak jarak pagar. Tidak ketinggalan adalah produksi BBN (bioetanol) dari ubikayu, jagung, tebu, dan bahan pangan lainnya dan produksi BBN (biodiesel) dari kacang tanah, kacang kedelai, dan jenis kacang-kacangan lainnya. Pendek kata telah terjadi pergeseran pemamfaatan hasil pertanian, dari sumber persediaan pangan menjadi bahan baku industri.
 

Telah terjadi impor hasil pertanian secara besar-besaran dari negara-negara miskin/berkembang yang berlahan luas tapi minim teknologi ke negara-negara maju yang berteknologi tinggi tapi minim lahan pertanian. Harga komiditi pertanian langsung melonjak. Mulai dari CPO, kacang kedelai, jagung, dan buntutnya berimbas pada kenaikan harga beras. Di Indonesia terjadi ekspor CPO secara besar-besaran yang menyebabkan kenaikan harga minyak goreng. Bahkan kenaikan biaya pungutan ekspor tidak mampu mengurangi laju pengiriman CPO ke luar negeri. Bahkan disinyalir telah terjadi ekspor CPO illegal melalui pelabuhan-pelabuhan di Riau dan Kepulauan Riau yang menyebabkan kerugian besar pada negara.


Jika kita tinjau sejarah perkembangan BBN di Indonesia, dimulai dengan terbentuknya Masyarakat Energi Hijau Indonesia (2005), B2TE-BPPT, Eka Tjipta Foundation dan Timnas Pengembangan BBN, awalnya memiliki tujuan mulia yaitu menciptakan bahan bakar bersih (cleaner fuel) dan meningkatkan kesejahteraan petani. Indonesia sebagai negara agraris berpotensi menjadi pemasok hasil pertanian terbesar di dunia jika dilakukan pemberdayaan dan pendiversifikasian hasil pertanian. Kehidupan petani yang identik dengan kemiskinan bisa dirubah dengan mengarahkan mereka untuk menanam tanaman sumber BBN seperti kelapa sawit, kedelai, jagung, jarak pagar, ubi kayu dan lain sebagainya. Namun pada perkembangannya, tujuan mulia ini menjadi kurang tepat sasaran. Daripada mengolah CPO menjadi minyak goreng dengan keuntungan kecil, mending mereka ekspor CPO dong! Di negara-negara miskin Afrika dan Amerika Latin juga muncul fenomena yang sama. Daripada menjual produk jagung mereka di dalam negeri, mending mereka ekspor ke Amerika Serikat yang memang sedang doyan-doyannya memamah jagung buat dijadikan bioetanol.  
Mungkin sudah saatnya Indonesia kembali menjadi negara agraris, yang bisa berswasembada beras seperti di era Soeharto. Dan sudah saatnya pula Indonesia tidak dikendalikan oleh pengusaha yang profit oriented. Proteksi harga harus benar-benar dikendalikan oleh pemerintah.  Jangan hanya karena kelapa sawit lebih menguntungkan, persawahan rakyat digusur. Pemerintah juga wajib mengupayakan para petani memiliki lahannya sendiri-sendiri, misalnya dengan memberdayakan lagi program transmigrasi yang akhir-akhir ini tidak terdengar lagi gaungnya. Jangan sampai ada petani yang seumur hidup menjadi buruh di sawah dan ladang orang lain. Lebih celaka lagi jika menjadi buruh di tanah dan perusahaan milik orang asing. Padahal tanah ini, warisan nenek moyang kita, kita rebut dengan darah dan nyawa dari tangan penjajah. Jika Penanaman Modal Asing (PMA) dibuka terlalu lebar, yang ada rakyat Indonesia tetap miskin sedang negara asing itu semakin kaya raya.
 
 BBN jelas perlu dikembangkan karena persediaan BBM semakin menipis. Belum lagi kenaikan harga BBM yang membuat pemerintah semakin kewalahan menanggung subsidi. Jika harga BBM naik lagi, rakyat jugalah yang jadi korban.

Minggu, 02 Juni 2013

Kalau BBM naik....?



Resesi ekonomi diseluruh dunia tidak hanya menimbulkan gejolak harga tapi juga diperburuk oleh kelangkaan pangan. Jika tidak ada langkah pengendalian situasi oleh pemerintah, dikhawatirkan Indonesia akan kembali keterpurukan seperti yang terjadi sepuluh tahun silam.
Sebenarnya kisruh masalah kenaikan harga BBM bisa diantisipasi dari awal seandainya antara pemerintah, swasta dan masyarakat terjadi kerja sama yang harmonis.  Sementara harga minyak terus merangkak naik membuat pemerintah tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga BBM. Sehingga terjadilah penyaluran BLT yang terkesan terburu-buru dan tidak dipersiapkan dengan baik.
Keyakinan pemerintah bahwa sebagian besar subsidi BBM justru dinikmati orang-orang kaya mungkin bisa ditanggulangi dengan cara menaikkan pendapatan dari pajak penghasilan, pajak usaha, pajak pertambahan nilai dan pajak pembelian barang mewah. Pemerintah juga bisa melakukan penghematan belanja negara, terutama untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya tidak penting. Misalnya dengan mengurangi gaji anggota DPR dan segala macam tunjangan dan fasilitasnya.
Swasta sangat berperan dalam peningkatan daya beli masyarakat. Golongan pengusaha diharapkan lebih memperhatikan tingkat kesejahteraan pekerjanya dengan memberikan upah sesuai dengan standard Upah Minimum Regional (UMR) untuk masing-masing daerah. Kelangkaan BBM untuk keperluan industri harus disiasati dengan melakukan penghematan, pengefisienan dan pengembangan sumber energi alternatif.
Sementara masyarakat sebagai pihak yang terkena dampak langsung kenaikan harga BBM seharusnya bisa menyikapi permasalahan ini secara lebih arif dan bijaksana. Kenaikan harga BBM tidak seharusnya ditanggapi dengan mengeluh, berdemo dan menghujat pemerintah, apalagi sampai melakukan aksi anarkis seperti perusakan fasilitas negara. Kesediaan pemerintah untuk memberikan Bantuan Langsung Tunai seharusnya kita terima dengan senang hati. Disaat gonjang-ganjing ekonomi seperti sekarang ini, kenaikan harga BBM dalam negeri merupakan suatu pilihan yang susah untuk dielakkan. Dengan bersikap arif, setidaknya kita bisa membantu terciptanya kestabilan di bidang keamanan dan politik. Jangan sampai drama krisis moneter babak II berlangsung di negeri yang baru saja merayakan 100 tahun kebangkitan nasional ini.
Sebagai masyarakat seharusnya kita bisa berpartisipasi dengan cara melakukan efisiensi energi. Terutama dibidang energi listrik dan BBM. Beberapa program efisiensi yang bisa kita terapkan, antara lain :
 
Pertama, dengan mensosialisasikan penggunaan alat transportasi massa. Kenaikan harga penjualan sepeda motor maupun mobil di Indonesia memang sangat menguntungkan dari segi industri. Tapi jika dilihat dari segi lingkungan dan persediaan energi, fenomena ini justru merupakan suatu bumerang. Peningkatan jumlah pemakai kendaraan pribadi berbanding lurus dengan peningkatan kemacetan lalu lintas, pemborosan BBM dan peningkatan pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara. Pemerintah dalam hal ini juga tidak bisa lepas tangan, melainkan harus lebih aktif dalam pengadaan sarana angkutan umum yang aman, nyaman dan ramah lingkungan.  Pembangunan kereta api bawah tanah mungkin juga bisa dijadikan solusi. Begitu juga dengan pembangunan monorail, transportasi air dan jenis-jenis transportasi lainnya. Penerbangan untuk jarak dekat juga harus dikurangi karena selain boros BBM juga membahayakan lingkungan. Pemerintah daerah juga bisa membuat kebijakan sendiri yang mendukung pensosialisasian penggunaan alat transportasi massa di daerahnya masing-masing. Misalnya dengan cara menambah armada-armada angkutan umum yang lebih nyaman dan meningkatkan pajak kendaraan pribadi sehingga masyarakat lebih tertarik untuk menggunakan angkutan umum.
 
Kedua, memaksimalkan pemakaian energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Misalnya dengan membangun panel-panel tenaga surya sebagai sumber energi di gedung-gedung perkantoran dan fasilitas umum. Sebagai negara tropis Indonesia sangat beruntung memiliki energi matahari yang melimpah. Pembangunan panel-panel surya awalnya memang cukup mahal, tapi dalam jangka panjang mampu menghemat pemakaian listrik dalam jumlah besar.
 
Ketiga dengan cara menghemat pemakaian listrik. Penggunaan lampu disiang hari bisa disiasati dengan rancangan arsitektur rumah yang hemat energi. Misalnya dengan pembuatan kubah kaca, taman dalam rumah dan cara-cara lainnya. Penggunaan alat listrik pada jam 17 sampai 22 harus dibatasi untuk mengurangi beban puncak pemakaian listrik. Penggunaan AC bisa diganti dengan membuat ventilasi yang cukup dan pemakaian kipas angin. Hindari juga membiarkan TV dan alat elektronik lainnya dalam posisi stand by.
 
Keempat, dengan lebih meminimalkan pemakaian mesin dalam kehidupan sehari-hari. Kalau biasanya tergantung pada mesin cuci, mulailah membiasakan diri mencuci dengan tangan. Ada baiknya juga mengurangi fungsi kulkas dan freezer dengan lebih rajin berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar. Efisiensi energi akan lebih mudah dicapai jika masyarakat menjauhkan diri dari kebiasaan konsumtif. Back to nature adalah pilihan sikap yang bijak jika kita ingin bumi ini berumur lebih panjang. Berjalan kaki dan bersepeda selain meningkatkan kebugaran juga sangat menghemat penggunaan BBM.
 
Langkah-langkah besar selalu diawali dengan langkah kecil. Untuk itu daripada berkeluh kesah dan mengumpat pemerintah, ada baiknya kita bercermin sejenak. Apakah kita sudah melakukan efisiensi energi dalam kehidupan kita berumah tangga dan bermasyarakat? Jika belum, mulailah sekarang. Tidak ada kata telambat untuk melakukan kebajikan.

Ucapan Bung Karno yang Bersejarah



“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)

“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)

“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)

“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)

“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)

“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)

“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)

“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)

“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)