Senin, 16 September 2013

Pengolahan Sampah Tingkat Kota

Masalah sampah perkotaan merupakan masalah yang selalu hangat dibicarakan baik di Indonesia maupun kota kota di dunia karena hampir semua kota menghadapi masalah persampahan. Meningkatnya pembangunan kota, pertambahan penduduk, tingkat aktivitas dan tingkat sosial ekonomi masyarakat, diiringi dengan meningkatnya jumlah timbulan sampah dari hari ke hari serta sarana dan prasarana pemerintah yang terbatas akan menambah permasalahan sampah yang semakin kompleks.
Permasalahan sampah di Indonesia tidak hanya berakibat buruk pada lingkungan tapi sudah merenggut korban jiwa. Peristiwa longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang menewaskan 143 orang pada bulan Februari 2005 terulang kembali pada bulan September 2006 di TPA Bantargebang yang mengakibatkan tiga orang meninggal. Fakta empirik menunjukkan, jumlah penduduk yang terus meningkat akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan hal ini akan mengakibatkan semakin bertambahnya timbulan sampah. Sedangkan pengelolaan sampah yang dilakukan saat ini, tidak lebih dari sekadar kumpul angkut buang. Artinya, sampah dari satu tempat dikumpulkan, diangkut lalu dibuang ke tempat lain.
Produksi sampah berhubungan linier dengan produktivitas dan aktivitas manusia. Dengan demikian, peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan aktivitasnya. Penanganan yang dilakukan terhadap sampah yang ada, lazimnya adalah dengan penumpukan, pengumpulan, dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Permasalahan yang sering timbul antara lain adalah semakin terbatasnya lokasi tempat pembuangan akhir sampah tersebut (Bahar, 1986).
Volume sampah yang besar dan beranekaragam jenisnya jika tidak,dikelola dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan yang kompleks dan serius, antara lain: 1) pencemaran air oleh “lindi” (leachate) yang keluar dari tumpukan sampah dan mengalir menuju badan perairan ataupun meresap ke dalam tanah; 2) pencemaran udara karena adanya gas metana (CH4), salah satu jenis gas rumah kaca, yang keluar dari tempat penimbunan akhir sampah akibat proses penguraian bahan organik secara anaerobik; 3) sampah merupakan habitat bagi berkembangnya bakteri patogen tertentu seperti Salmonella typhosa, Entamoeba coli, Escherichia coli, Vibrio cholera, Shigella dysentriae,Entamoeba histolytica, dan lain-lain yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia; 4) menurunkan nilai estetika lingkungan; dan 5) mengurangi kenyamanan lingkungan.
Masalah pelayanan sampah di perkotaan tersebut akhir-akhir ini menjadi masalah yang cukup serius dirasakan mengingat volumenya yang kian hari kian membengkak atau bertambah sementara kemampuan aparat pemerintah dalam melayani sangat terbatas. Hal ini berkaitan dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus bertambah dari waktu ke waktu beserta aktivitasnya menyebabkan meningkatnya sampah bukan hanya dalam jumlah sampah tetapi juga dari variasi komposisi sampah. Disamping itu, diperkuat juga dengan kecenderungan masyarakat modern untuk menghasilkan berbagai macam sampah khususnya perilaku hidup masyarakat kota-kota besar di Indonesia, seperti halnya Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya dan kota-kota lainnya.
Program kebersihan kota dan penanggulangan sampah pada umumnya sudah dilaksanakan oleh hampir semua pemerintah daerah kota/kabupaten di seluruh nusantara, termasuk Kota Teluk Kuantan. Kota Teluk Kuantan sebagai sentra pembangunan, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan budaya, merupakan tempat berdomisilinya puluhan ribu penduduk. Fenomena ini memberikan implikasi kepada segala bidang kehidupan perkotaan dan salah satu diantaranya adalah implikasi terhadap peningkatan terhadap produksi sampah.
Tingkat kompleksitas masalah penanganan sampah ini, tidak terlepas dari implikasi masalah-masalah sebagai berikut : (1). Pesatnya pertumbuhan kota, (2). Pesatnya / cepatnya pertambahan penduduk di kota, akibatnya makin banyak pula sampah yang dihasilkan, (3). Tuntutan penyediaaan fasilitas publik perkotaan, (4). Keterbatasan kemampuan pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang baik termasuk dalam pengelolaan sampah, (5). Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, rendahnya partisipasi dalam membayar retribusi layanan kebersihan.
Masalah sampah Kota Teluk Kuantan selama ini dikelola oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan kebersihan kota, pasar, jalan, dan lingkungan. Namun terdapat beberapa kendala seperti terbatasnya, dana, SDM, serta sarana dan prasarana yang dipunyai oleh pemerintah daerah Kabupaten Kuantan Singingi sehingga beberapa wilayah atau kawasan kota Teluk Kuantan masih tampak sampah berceceran tidak terangkut yang apabila dibiarkan akan menimbulkan berbagai dampak negatif baik dari segi ekologi, estetika, dan pada akhirnya berpengaruh pada kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian apabila sampah perkotaan tidak di kelola dengan baik, selain akan menimbulkan masalah lingkungan, ekonomi, kesehatan, juga menimbulkan masalah terhadap keindahan kota. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tetarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengelolaan Sampah di Kota Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi umum permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia dan kondisi yang berlangsung di Kota Teluk Kuantan selain menyangkut aspek teknis operasional juga menyangkut tentang belum tepatnya teknologi pengolahan sampah di TPA. Terdapat juga masalah aspek pembiayaan yang belum ekonomis antara pendanaan dengan biaya operasionalnya dan kelembagaan pengelola persampahan, untuk itu rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Teluk Kuantan?
2. Bagaimana pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan pertamanan Kota Teluk Kuantan?
3. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Teluk Kuantan?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Teluk Kuantan,
2. Untuk menganalisis pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan (DPKP) Kota Teluk Kuantan,
3. Untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Teluk Kuantan.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah di Kota Teluk Kuantan. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan pengertian dan pemahaman pada masyarakat tentang upaya-upaya yang dapat mendukung terintegrasinya pembuangan sampah rumah tangga. Bagi para akademisi dapat dijadikan tinjauan kasus yang cukup menarik dalam menyumbangkan wacana keilmuan dengan konstruksi ilmiah dalam pengelolaan sampah.

Kamis, 05 September 2013

Value Stream Mapping (VSM)



Didalam penerapan lean system atau lean manufacturing system, yang bertujuan untuk menghilangkan atau eliminasi berbagai pemborosan yang terjadi didalam proses. teknik atau metode yang umu digunakan dalam menganalisa dan mendesain aliran material dan informasi yang diperlukan untuk menghasilkan barang atau jasa dikenal dengan nama value stream mapping (VSM) sering disebut juga dengan istilah material and information flow mapping, didalam dilakukan pemetaan dari end to end, dengan menangkap semua informasi atau proses yang berlangsung kemudian memetakannya kedalam model gambar realistis.
Melalui pemahaman terhadap kondisi proses, kedalam bantuk miniatur, akan sangat membantu untuk menganalisa, merumuskan dan mendefinisikan proses yang dapat memberikan kinerja yang lebih baik. Selain itu VSM juga bermanfaat dalam mengkategorikan proses kedalam tiga kategori yaitu Value Added Process, Non Value Added Process, dan Waste. Prose yang termasuk kedalam kategori waste seharusnya dilakukan eliminasi. Dalam pembuatan VSM terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan diantaranya sebagai berikut:
Langkah 1 : Pilih Sponsor Anda dan Tentukan Harapan
Seperti didalam setiap proyek, penting adanya sponsor . Dalam hal ini diperlukan adanya seseorang yang dapat membuat keputusan, solusi arbitrase, dan rencana proyek. Sponsor biasanya akan memilih proses yang akan dipetakan dan biasanya akan memiliki pemahaman yang kuat dari  prestasi apa yang menjadi sasaran atau harapan.
Langkah 2: Pilih dan Tentukan Tim
Membangun dan menetapkan tim VSM sangat penting dan sangat penting, proses pengerjaan akan jauh lebih cepat dengan pendekatan tim. Kita harus memastikan bahwa setiap area atau stakeholder dari setiap proses terwakili misalnya Penjualan, Pembelian, Gudang dll.
Langkah 3 : Pilih Proses yang Akan Dipetakan
Perlu dilakukan pemilihan proses yang menjadi fokus utama, agar proses pemetaan dapat berlangsung secara lebih terarah.
Langkah 4 : Kumpulkan Data dan Buat Peta Proses Saat Ini
Salah satu kunci dasar VSM adalah memanfaatkan dan menganalisis data bisnis , proses ini mencakup persediaan material atau informasi, persyaratan  pelanggan (atau permintaan). Jangan mengabaikan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang memadai, dan perlu diingat bahwa kondisi yang akan didatag akan dikembangkan dari pemetaan kondisi proses saat ini, sehingga sangat penting pemahaman yang benar terhadap prose yang dipetakan.
vsm
Didalam pemetaan proses kondisi saat ini dapat menggunakan icon-icon atau gambar standar yang umu digunakan dalam proses pemetaan proses, seperti aliran material, aliran informasi, supplier dan customer.  VSM harus memperhatikan semua waktu yang terdari dari awal sampai akhir proses.
Langkah 5: Kritisi Kondisi Saat Ini
Berdasarkan dari pemetaan proses yang sudah dilakukan pada langkah sebelumnya, maka pada langkah ini kita harus melakukan pengkajian setiap tahapan yang ada didalam proses, sehingga dapat disusun usulan dari proses yang akan diperbaiki.
Langkah 6 : Petakan Kondisi Proses Perbaikan
dari peta proses saat ini dan usulaan perbaikan yang telah diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya, maka dapat disusun peta proses perbaikan. Didalam mendesain proses kita harus memperhatikan persyaratan customer. Kondisi proses hasil perbaikan seharusnya bertujuan pada kondisi proses yang jauh lebih ideal atau stabil.
Penentuan Key Performance Indicator (KPI) adalah bagian terpenting dalam mendesain proses yang diperbaiki, semua ukuran yang digunakan harus dapat diterapkan dan relevan dengan tujuan proses.
Langkah 7:  Menetapan Rencana Tindakan dan Penyampainya.
Berdasarkan pemetaan proses hasil perbaikan, harus disusun rencana tindakan yang akan dilakukan untuk menggeser kondisi proses yang sedang berjalan atau saat ini. Terdapat sejumlah cara yang dapat dilakukan, dalam proses penggeseran proses ini, namun tetap harus diawali terlebih dahulu dengan penyampaian perubahan dan rencan penerapan kepada semua bagian terkait.
Langkah 8 : Ukur Keuntungannya
Setelah desain proses perbaikan sudah diterapkan, selama periode tertentu bisa dalam bulan, kuartal, semester dan yang lainnya, perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja proses untuk memastikan bahwa proses yang berlangsung memang dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja proses, sesuai dengan tujuan atau sasaran yang diharapkan.