Minggu, 02 Juni 2013

Kalau BBM naik....?



Resesi ekonomi diseluruh dunia tidak hanya menimbulkan gejolak harga tapi juga diperburuk oleh kelangkaan pangan. Jika tidak ada langkah pengendalian situasi oleh pemerintah, dikhawatirkan Indonesia akan kembali keterpurukan seperti yang terjadi sepuluh tahun silam.
Sebenarnya kisruh masalah kenaikan harga BBM bisa diantisipasi dari awal seandainya antara pemerintah, swasta dan masyarakat terjadi kerja sama yang harmonis.  Sementara harga minyak terus merangkak naik membuat pemerintah tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga BBM. Sehingga terjadilah penyaluran BLT yang terkesan terburu-buru dan tidak dipersiapkan dengan baik.
Keyakinan pemerintah bahwa sebagian besar subsidi BBM justru dinikmati orang-orang kaya mungkin bisa ditanggulangi dengan cara menaikkan pendapatan dari pajak penghasilan, pajak usaha, pajak pertambahan nilai dan pajak pembelian barang mewah. Pemerintah juga bisa melakukan penghematan belanja negara, terutama untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya tidak penting. Misalnya dengan mengurangi gaji anggota DPR dan segala macam tunjangan dan fasilitasnya.
Swasta sangat berperan dalam peningkatan daya beli masyarakat. Golongan pengusaha diharapkan lebih memperhatikan tingkat kesejahteraan pekerjanya dengan memberikan upah sesuai dengan standard Upah Minimum Regional (UMR) untuk masing-masing daerah. Kelangkaan BBM untuk keperluan industri harus disiasati dengan melakukan penghematan, pengefisienan dan pengembangan sumber energi alternatif.
Sementara masyarakat sebagai pihak yang terkena dampak langsung kenaikan harga BBM seharusnya bisa menyikapi permasalahan ini secara lebih arif dan bijaksana. Kenaikan harga BBM tidak seharusnya ditanggapi dengan mengeluh, berdemo dan menghujat pemerintah, apalagi sampai melakukan aksi anarkis seperti perusakan fasilitas negara. Kesediaan pemerintah untuk memberikan Bantuan Langsung Tunai seharusnya kita terima dengan senang hati. Disaat gonjang-ganjing ekonomi seperti sekarang ini, kenaikan harga BBM dalam negeri merupakan suatu pilihan yang susah untuk dielakkan. Dengan bersikap arif, setidaknya kita bisa membantu terciptanya kestabilan di bidang keamanan dan politik. Jangan sampai drama krisis moneter babak II berlangsung di negeri yang baru saja merayakan 100 tahun kebangkitan nasional ini.
Sebagai masyarakat seharusnya kita bisa berpartisipasi dengan cara melakukan efisiensi energi. Terutama dibidang energi listrik dan BBM. Beberapa program efisiensi yang bisa kita terapkan, antara lain :
 
Pertama, dengan mensosialisasikan penggunaan alat transportasi massa. Kenaikan harga penjualan sepeda motor maupun mobil di Indonesia memang sangat menguntungkan dari segi industri. Tapi jika dilihat dari segi lingkungan dan persediaan energi, fenomena ini justru merupakan suatu bumerang. Peningkatan jumlah pemakai kendaraan pribadi berbanding lurus dengan peningkatan kemacetan lalu lintas, pemborosan BBM dan peningkatan pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara. Pemerintah dalam hal ini juga tidak bisa lepas tangan, melainkan harus lebih aktif dalam pengadaan sarana angkutan umum yang aman, nyaman dan ramah lingkungan.  Pembangunan kereta api bawah tanah mungkin juga bisa dijadikan solusi. Begitu juga dengan pembangunan monorail, transportasi air dan jenis-jenis transportasi lainnya. Penerbangan untuk jarak dekat juga harus dikurangi karena selain boros BBM juga membahayakan lingkungan. Pemerintah daerah juga bisa membuat kebijakan sendiri yang mendukung pensosialisasian penggunaan alat transportasi massa di daerahnya masing-masing. Misalnya dengan cara menambah armada-armada angkutan umum yang lebih nyaman dan meningkatkan pajak kendaraan pribadi sehingga masyarakat lebih tertarik untuk menggunakan angkutan umum.
 
Kedua, memaksimalkan pemakaian energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Misalnya dengan membangun panel-panel tenaga surya sebagai sumber energi di gedung-gedung perkantoran dan fasilitas umum. Sebagai negara tropis Indonesia sangat beruntung memiliki energi matahari yang melimpah. Pembangunan panel-panel surya awalnya memang cukup mahal, tapi dalam jangka panjang mampu menghemat pemakaian listrik dalam jumlah besar.
 
Ketiga dengan cara menghemat pemakaian listrik. Penggunaan lampu disiang hari bisa disiasati dengan rancangan arsitektur rumah yang hemat energi. Misalnya dengan pembuatan kubah kaca, taman dalam rumah dan cara-cara lainnya. Penggunaan alat listrik pada jam 17 sampai 22 harus dibatasi untuk mengurangi beban puncak pemakaian listrik. Penggunaan AC bisa diganti dengan membuat ventilasi yang cukup dan pemakaian kipas angin. Hindari juga membiarkan TV dan alat elektronik lainnya dalam posisi stand by.
 
Keempat, dengan lebih meminimalkan pemakaian mesin dalam kehidupan sehari-hari. Kalau biasanya tergantung pada mesin cuci, mulailah membiasakan diri mencuci dengan tangan. Ada baiknya juga mengurangi fungsi kulkas dan freezer dengan lebih rajin berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar. Efisiensi energi akan lebih mudah dicapai jika masyarakat menjauhkan diri dari kebiasaan konsumtif. Back to nature adalah pilihan sikap yang bijak jika kita ingin bumi ini berumur lebih panjang. Berjalan kaki dan bersepeda selain meningkatkan kebugaran juga sangat menghemat penggunaan BBM.
 
Langkah-langkah besar selalu diawali dengan langkah kecil. Untuk itu daripada berkeluh kesah dan mengumpat pemerintah, ada baiknya kita bercermin sejenak. Apakah kita sudah melakukan efisiensi energi dalam kehidupan kita berumah tangga dan bermasyarakat? Jika belum, mulailah sekarang. Tidak ada kata telambat untuk melakukan kebajikan.

Tidak ada komentar: