Rabu, 12 Agustus 2015

Pembangunan Karakter Sebagai Pembentuk Insan Cendikia Yang Komprehensif




Tujuan pendidikan Indonesia yang berupaya agar terciptanya manusia seutuhnya / dinilai belum tercapai secara maksimal dan bahkan masih jauh dari harapan. Terutama jika ditelusuri dengan seksama tujuan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Undang-Undang Sisdiknas,/ yaitu target potensi yang ingin ditanamkan dalam diri anak bangsa adalah menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya.
Namun kenyataan masih terlihat di tengah-tengah kehidupan sosial  masyarakat  bahwa disaksikan begitu banyak generasi-genarasi muda yang berprilaku menyimpang dari harapan yang ingin dicapai. Zaman yang memutar kehidupan memang selalu membawa perubahan dalam kehidupan manusia,  namun perubahan itu juga membutuhkan respon dan daya tanggap dari kita semua, dan hal tersebut harus disikapi dengan penuh bijaksana dan jiwa yang lurus. Dan salah satu yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar perilaku menyimpang yang banyak  dilakukana generasi muda saat ini dapat ditekan atau dapat diminimalisasi.
Apabila pembangunana karakter di sebuah perguruan tinggi di bangun dengan baik, maka mahasiswa dapat memiliki berbagai kecerdasan, baik kecerdasan spritual, emosional dan sosial.

 Dalam perkembangan dunia bisnis maupun dunia kerja  akan terkait dengan apa yang dapat diberikan secara optimal  dalam bentuk segala pelayanan yang diberikan kepada konsumen potensial. Bahkan bisnis pada sektor produksi membutuhkan orang-orang yang juga memiliki karakter lengkap.
Tantangan generasi sekarang adalah  bahwa mereka harus memiliki talenta yang lengkap, percaya diri, cepat, smart, memiliki keterampilan bahasa yang baik, termasuk keterampilan mendengar. Dengan demikian sangat jelaslah, bila generasi sekaranag ingin exsist di masa depan, maka  membangun karakter mesti menjadi salah satu yang perlu ditempuh.
Secara jelas kita bisa meningkatkan profesionalisme manusia Indonesia khususnya generasi sekarang, dengan membangun karakter mereka di dunia pendidikan baik formal maupun non formal.

 
          Kita mengenal karakter kedalam beberapa tingkatan seperti Hard Skills  yaitu, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan ilmunya. Lalu ada juga Soft Skills yang merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain  atua dikenal dengan istilah Inter-Personal Skills. Dan ada pula keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri yang mampu mengembangkan produktifitas kerja secara maksimal yang disebut Intra- Personal Skills.
Idealnya mahasiswa  tidak hanya dituntut  untuk menjamin moral force dan character building tetapi juga  dalam mengaktualisasikan ilmu  yang diperolehnya /agar bermanfaat paling tidak bagi dirinya sendiri dalam mencapai kesejahteraan lahir dan bathin.
 

Dari hasil survei National Association of Colleges and Employee (NACE) ditahun 2002 telah diurut rangking urgensi kemampuan yang diperlukan oleh pasar kerja di negara maju yaitu secara berurut sebagai berikut: 5 (lima) rangking tertinggi yang merupakan klasifikasi Soft Skills yaitu: Kemampuan Komunikasi, Kejujuran atau  Integritas Diri  Kemampuan Bekerjasama, /Interpersonal, dan Etos Kerja yang baik. Diikuti oleh 4 (empat) klasifikasi Hard Skills yaitu : Kemampuan Analitikal Kerja,  Kemampuan Penoperasian Komputer,  Kemampuan Pengambilan keputusan yang optimal, dan Nilai Indeks Prestasi yang dimiliki saat kuliah
Profesionalisme Dunia Kerja  amat ditentukan selain oleh Kompetensi Teknis  juga oleh Interpersonal Skills serta Sikap dan Perilaku Kerja.  Objektifitas,   kreativitas dan etika merupakan prasyarat dasar yang perlu dipenuhi untuk membina profesionalisme seorang lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja nantinya.
III.  Tantangan Pengembangan Karakter Merupakan Tanggung Jawab Kita Semua
          Pada dasarnya  Soft Skills yang kita maksud tadi  adalah segala sifat yang menyebabkan berfungsinya Hard Skills yang diperoleh. Sehingga  merupakan upaya yang jelas untuk mengembangkan karakter mahasiswa yang juga akan menjadi karakter lulusan STT Dumai selanjutnya.
          Namun efektivitas pendidikan karakter akan tercapai jika melibatkan semua level dan lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya  seperti lembaga keagaamaan, masyarakat, pelaku usaha, media massa dan keluarga sebagai pihak yang terkait langsung dengan pendidikan anak bangsa.

 

          Mengingat keberadaan pendidikan karakter mempunyai andil yang cukup besar bagi sistem pendidikan Indonesia, semua pihak diharapkan proaktif  diantaranya dengan menanamkan pendidikan karakter sejak awal dan suri tauladan   sebagai bentuk pembelajaran bagi anak bangsa sehingga memiliki kepribadian unggul seperti yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional.


Tidak ada komentar: