Kamis, 26 November 2015

Peningkatan Manfaat Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia

Saat ini telah diselesaikan dua dokumen sangat penting untuk menjadi perangkat peningkatan manfaat pendidikan tinggi teknik di Indonesia. Dua dokumen penting tersebut adalah Common Criteria (CC) dan Criteria Guide (CG).Common Criteria adalah Kriteria Umum (KUM) adapun CG adalah Dokumen Panduan (DOPAN) yang menjelaskan pemanfaatan KUM agar menjadi jelas sebagai rujukan (reference) perencanaan dan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan tinggi teknik. DOPAN bersifat memandu penggunaan KUM agar Program (Program Studi = Prodi) dapat melakukan hal-hal pokok dalam memenuhi Kriteria Umum yang berorientasi pada capaian mutu pendidikan tinggi teknik. Prodi yang memenuhi KUM berarti memenuhi aras (level) mutu akreditasi internasional oleh IABEE (Indonesian Acceditation Board for Engineering Educatiaon).

IABEE pada saat ini  sedang dalam proses pembentukan melalui usaha bersama antara PII (Persatuan Insinyur Indonesia) dan Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi).

Akreditasi pendidikan tinggi teknik di Indonesia saat ini dilakukan melalui evaluasi yang menggunakan perangkat dengan format yang mengutamakan mutu masukan (input-base approach = IBA) dan telah memberikan pengalaman untuk disegerakan diubah menjadi outcome-based approach (OBA). Pengalaman dan bukti catatan di tingkat internasional telah memastikan bahwa OBA memberikan manfaat pendidikan tinggi teknik yang jauh lebih besar dibanding dengan IBA.

Manfaat tersebut adalah dalam hal menciptakan mutu lulusan pendidikan tinggi teknik yang memiliki kemampuan berupa outcome hasil pendidikannya dengan standar mutu sesuai dengan KUM. Dengan lulusan perguruan tinggi teknik yang memenuhi KUM diyakini bahwa lulusan telah memiliki kemampuan dalam bekerja dengan baik meningkatkan nilai tambah (added value) sesuai prinsip ilmu keteknikan atas sumberdaya yang dimiliki Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Pemberian nilai tambah tersebut bertujuan mensejahterakan masyarakat. Dapat juga dikatakan bahwa tujuan pemberian nilai tambah itu sesuai dengan  pandangan umum pendidikan tinggi yang menyiapkan SDM untuk tujuan membangun kemakmuran, keamanan, kesejahteraan dan keadilan dalam kehidupan suatu bangsa.

Dasar dari KUM sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan tinggi teknik adalah memenuhi kehendak masyarakat yang secara garis besar adalah menghendaki kemakmuran, keamanan, kesejahteraan dan keadilan sebagai orientasi perguruan tinggi tersebut di atas. Kehendak masyarakat tersebut merupakan kalimat normatif dan memerlukan jabaran ke hal-hal lebih spesifik dan pada akhirnya ada bagian-bagian yang memerlukan jabaran kedalam bahasa keteknikan terkait nilai tambah.

Masyarakat tumbuh dan berkembang sesuai dinamika perkembangan kehidupan baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Oleh karena itu, KUM atau CC yang telah selesai dibuat dan diunggah dalam website ini telah selesai diproses dengan pemahaman untuk menjadi kerangka mutu pendidikan tinggi teknik yang cocok memberi jawaban terbaik atas kehendak masyarakat pada aras (level) mutu tepat sasaran. Jawaban atas kehendak masyarakat itu dirangkai sebagai koridor penyelenggaraan pendidikan tinggi teknik yang mengacu pada rambu-rambu yang disebut KUM. Kriteria Umum berupa rambu utama yang dapat menyediakan fleksibilitas penetapan cara-cara pendidikan tinggi teknik berbagai alternatif untuk mengikuti proses perbaikan penyelenggaraan secara kontinyu (continuous improvements). Suatu perbaikan periodik memang harus dilakukan untuk penyesuaian terhadap dinamika pertumbuhan kehidupan masyarakat.

KUM atau CC dibuat dengan kerangka atau format penulisan yang mengikuti proses PDCA (Plan, Do, Check, Act).Siklus penyelenggraan pendidikan tinggi teknik mengikuti KUM yang dilengkapi dengan DOPAN yang disajikan sebagai informasi website PII ini dapat menjadi bahan awal untuk dipelajari bagi semua Prodi Teknik yang ke depan ingin mengajukan permintaan akreditasi internasional dari IABEE. Penting untuk diutarakan bahwa Prodi bidang keteknikan di Indonesia akan mendapat manfaat besar apabila mulai mempelajari KUM dan DOPAN yang disampaikan melalui website ini baik yang berupa versi dalam bahasa Indonesia maupun yang dalam bahasa Inggris.

Sangat diharapkan bahwa stakeholder perguruan tinggi di Indonesia dapat mulai menindaklanjuti pemahaman atas KUM dan DOPAN sebagai rujukan peningkatan mutu pendidikan tinggi dalam masa transisi dari rujukan utamainput-based menjadi rujukan utama outcome-based yang telah dkemas sebagai CC atau KUM di sini dan dijelaskan dengan DOPAN atau CG.

5 komentar:

rioprianggautama mengatakan...

Nama : Rio Prianggautama Achmadi
Nim. : 1326201201
Kelas : Sore V.A Teknik Industri
J.Tugas : e-commerce


BAB 1 PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi yang sangat dramatis dalam beberapa tahun terakhir telah membawa dampak transformational pada berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya dunia bisnis. Setelah berlalunya era “total quality” dan “reengineering”, kini saatnya “era elektronik” yang ditandai dengan menjamurnya istilah-istilah e-business, e-university, e-government, e-economy, e-emtertainment, dan masih banyak lagi istilah sejenis. Salah satu konsep yang dinilai merupakan paradigma bisnis baru adalah e-business atau dikenal pula dengan istilah e-commerce sebagai bidang kajian yang relatif masih baru dan akan terus berkembang, e-business berdampak besar pada praktek bisnis, setidaknya dalam hal penyempurnaan direct marketing, transformasi organisasi, dan redefinisi organisasi.


BAB11 PEMBAHASAN

E-commerce adalah dimana dalam satu website menyediakan atau dapat melakukan Transaksi secara online atau juga bisa merupakan suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan “get and deliver“. E-commerce akan merubah semua kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya-biaya operasional untuk kegiatan trading (perdagangan).
Adapun pendapat mengenai pengertian E-Commerce bahwa E-commerce mengacu pada internet untuk belanja online dan jangkauan lebih sempit. dimana e-commerce adalah subperangkat dari E-Bisnis. cara pembayarannya: melalui transfer uang secara digital seperti melalui account paypal atau kartu credit Sedangkan, E-Bisnis mengacu pada internet tapi jangkauan lebih luas. area bisnisnya terjadi ketika perusahaan atau individu berkomunikasi dengan klien atau nasabah melalui e-mail tapi pemasaran atau penjualan di lakukan dengan internet. dengan begitu dapat memberikan keuntungan berupa keamanan fleksibililtas dan efisiensi. cara pembayarannya yaitu dengan melaui pembayaran digital secara E-Gold dan sudah di akui di seluruh dunia dalam melakukan transaksi online

BAB 111 KESIMPULAN
Pengembangan aplikasi e-commerce bagi sebuah perusahaan / lembaga merupakan proses yang cukup kompleks. Melibatkan beberapa organisasi / situs dalam penanganan sekuriti dan otorisasi. Perangkat lunak aplikasi e-commerce dalam dunia bisnis dapat mendukung pemotongan rantai distribusi sehingga konsumen dapat memperoleh suatu produk dengan harga yang lebih murah. Jenis antarmuka web dipilih dengan pertimbangan fleksibilitas implementasi perangkat lunak ini yang dapat dilakukan di jaringan intranet maupun internet, kemudahan untuk deployment, serta kemampuan cross platform.

Saran :
Untuk memaksimalkan penguasaan medan di internet sedikit pengetahuan tentang prinsip dasar karakteristik Internet akan sangat membantu. Karakteristik Internet sangat berbeda dengan umumnya media massa yang lebih bersifat tayangan satu arah saja. Internet merupakan media yang sangat memungkin untuk melakukan interaksi yang sangat intensif dengan banyak orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Kemampuan untuk mengeksploitasi karakteristik interaktif ini yang akan menjadi kunci survive seorang cyberpreneur di Internet; baik para veteran maupun dotcommers muda.

raif mengatakan...

Nama : RAIF
NIM : 1326201083
Kelas: Teknik Industri V (Pagi)
Tugas: E-Learning

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan dan pelatihan. Namun bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak praktis) apabila hanya mengandalkan cara-cara pemecahan tradisional semata. Karena itu, berbagai strategi alternatif yang berkaitan dengan permasalahan perlu dikaji dan diterapkan. Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-
hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak „gagap‟ teknologi. Banyak hasil
penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju. Berkembangnya teknologi ilmu informasi dan komunikasi memberi dampak terhadap berbagai sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian, Prinsip dan Hakikat E-Learning
Sebelum e-learning lahir, yang populer lebih dulu ialah Computer Assisted Instruction(CAI) dan Computer Assisted Learning (CAL). Media yang digunakan berupa disket, PC (komputer pribadi) atau komputer mainframe yang diakses melalui work station lokal. Awalnya, konsep CAI dan CAL diarahkan untuk menggantikan peran guru. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan komputer diantaranya komputer tidak mampu memberikan interaksi sosial yang maksimal, sehingga kedua konsep itu dikombinasikan dengan guru.
Setelah komputer terhubung ke jaringan (dan kini bahkan jaringan antar jaringan alias internet), istilahnya bergeser menjadi e-learning. Di situlah terjadi perubahan paradigma dari teaching menjadi learning. Dengan demikian, pemanfaatan e-Learning dipusatkan pada kegiatan belajar, bukan mengajar.


BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpukan bahwa :
1.Pada dasarnya model pembelajaran e-learning adalah model pembelajaran yang menciptakan pengalaman belajar dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat.
2.Tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning, yaitu:
-e-Learning bersifat jaringan
-e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet.
-e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas.
3.Secara filosofis e-Learning dapat dipandang sebagai:
-e-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
-e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
-e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
4.Ada tiga teori belajar utama yang digunakan sebagai dasar pembelajaran jarak jauh ( E-Learning ) yaitu behaviorisme, kognitivisme dan konstrukstivisme

RIFA OKTAVIA mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
RIFA OKTAVIA mengatakan...

Nama : Rifa Oktavia
Nim 1326201016
Jurusan Teknik Industri
Kelas V A sore
Tentang E-learning


BAB 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-learning didefinisikan sebagai berikut : e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).

BAB II
Pembahasan
Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaituweb course, web centric course, dan web enhanced course.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.


BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain. Pertama, Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar. Kedua, Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Keempat, Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kelima, Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Keenam, Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. Ketujuh, Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet.
Kedelapan, Kurangnya penguasaan bahasa komputer.



.

KURNIA GUSFANINGSIH mengatakan...

NAMA : KURNIA GUSFANINGSIH
NIM : 1326201154
KELAS : V A SORE
JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI
TENTANG : E-GOVERNMENT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penerapan e-Government merupakan salah satu upaya dalam melakukan pembenahan administrasi pemerintahan pada semua jajaran sebagai bagian dalam rangka mempercepat
reformasi birokrasi. Penerapan e-Government tidaklah sekadar mengubah dari yang manual menjadi komputerisasi (1). Tetapi didalamnya terdapat proses transformasi budaya baik di
kalangan aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan maupun pada masyarakat sendiri sebagai pengguna jasa layanan publik karena untuk menerapkan e-Government.
Sejak awal pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya untuk memasukkan peran e-Government ke dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB 11
PEMBAHASAN
Secara umum, sektor pemerintahan yang bukan merupakan bertujuan dasar profit, telah tertinggal sektor swasta dalam
mengejar keunggulan layanan. Namun, pada awal tahun 90-an, ideologi kualitas menjadi tersebar luas di pelayanan
pemerintahan dengan gerakan Total Quality Management (TQM) dan dengan demikian banyak pemerintah saat ini berusaha untuk memenuhi harapan layanan dari masyarakatnya. Ketergantungan pada e-Government adalah cara terbaru yang digunakan oleh sektor pemerintahan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam pendekatan keseluruhan TQM (4). Secara umum, penghematan biaya dalam waktu jangka
panjang dan meningkatnya kualitas layanan adalah manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan e-Government (5). Permasalahannya sekarang yang muncul adalah bagaimana untuk memastikan apakah tingkat kinerja pelayanan telah meningkat dalam departemen pemerintah tersebut.
Secara umum terdapat empat fase yang bisa disebut syarat e-Government (11), adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Katalog: Sistem kerja Pemerintahan secara online lebih menarik daripada sekedar informasi.
2. Transaksi: Menyiapkan komunikasi dua arah berbasis TI, dengan database yang bekerja untuk mendukung transaksi.
3. Integrasi vertikal: Sistem lokal yang terhubung ke sistem nasional dan masyarakat mengakses semua layanan diportal lokal.
4. Integrasi horizontal: Mengintegrasikan beberapa layanan menjadi entitas berdasarkan kebutuhan dan fungsi masyarakat untuk menyediakan layanan satu atap.

BAB 111
KESIMPULAN

Dari hasil pengumpulan data dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil survei penentuan atribut dimensi, didapatkan 32 atribut dimensi e-Govqual yang sesuai dengan situasi dan kondisi e-Government Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
2. Dari hasil analisa Gap diperoleh 32 atribut dimensi yang kurang memenuhi standar analisa Gap. Adapun data pada analisa Gap berasal dari hasil survei Target Capaian Pemprov dan survei Penilaian Masyarakat Pengguna
3. Dari hasil penentuan prioritas dengan menggunakan Analisa Gap diketahui urutan prioritas rekomendasiatribut dimensi yang kurang untuk ditangani terlebih dahulu.